Berbincang Ala HOAKS di Media Sosial dan Dunia Digital

by - Desember 03, 2021

 Sore, 29 November 2021

Kembali sore ini jari-jemari Afni ingin berbagi cerita hasil pertemuan bersama Ibu Aam NurHasanah, S.Pd. adalah seorang Guru sekaligus penggiat Literasi yang sangat aktif, banyak sudah karya yang terlahir dari beliau, tidak lupa juga bersama kawan-kawan seluruh Indonesia mengangkat thema 


Berbincang Ala HOAKS 

di Media Sosial dan Dunia Digital


Sepertinya thema tentang Hoaks nggak ada habisnya diperbincangkan dan semakin dilarang sepertinya semakin menjadi dan semakin berani orang menebar berita yang diada-adakan seakan-akan semua benar dan semakin tipis bedanya antara yang fakta dan fiktif. Semua seolah bisa dan sudah disetting diatur sesuai dengan pesanan. Muncul istilah baru saat ini disebut para buzzer dan mereka sepertinya menikmati label tersebut karena dari sana mereka mendapatkan keuntungan secara financial maupun popularitas. 

Akal sehat sepertinya sudah tidak begitu berjalan dengan baik. Etika, rasa dan isi informasi tidak menjadi pertimbangan utama alias dikesampingkan yang penting share upload titik. Apakah berita yang dishare tersebut akan merugikan orang lain atau tidak BUKAN masalah, bahkan semakin tertekan atau merasa terancam target maka pelaku merasa senang puas artinya berhasil membuat polemik di publik.

Untuk melihat apakah informasi tersebut hoaks atau bukan, bisa kita kenali dengan ciri-ciri informasi yang disebar antara lain :

Ciri-ciri hoax yang bisa dikenali :

  1. Menciptakan rasa kecemasan, kebencian, permusuhan.
  2. Sumber tidak jelas dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab atau klarifikasi.
  3. Pesan sepihak, menyerang, dan tidak netral atau berat sebelah.
  4. Mencatut nama tokoh berpengaruh atau pakai nama mirip media terkenal.
  5. Memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama, suara rakyat.
  6. Judul dan pengantarnya provokatif dan tidak cocok dengan isinya.
  7. Memberi penjulukan.
  8. Minta supaya di-share atau diviralkan.
  9. Menggunakan argumen dan data yang sangat teknis supaya terlihat ilmiah dan dipercaya.
  10. Artikel yang ditulis biasanya menyembunyikan fakta dan data serta memelintir pernyataan narasumbernya.
  11. Berita ini biasanya ditulis oleh media abal-abal, di mana alamat media dan penanggung jawab tidak jelas.
  12. Memanipulasi foto dan keterangannya. Foto-foto yang digunakan biasanya sudah lama dan berasal dari kejadian di tempat lain dan keterangannya juga dimanipulasi. 
Semakin banyak bergaul dengan dunia digital maka semakin banyak pula ragam informasi yang dapat kita serap ada sehingga kecerdasan literasi digitalpun dituntut. Paling tidak bisa meminimalisir kalau untuk menghapus rasanya tidak begitu mudah. Semua kembali kepada pelaku digitalnya.







  Hoaks  
  Mempermainkan  
  Emosi Jiwa  
 


You May Also Like

0 comments